Headline News

27 Februari 2020

Teknik Dasar Menjadi Pendamping bagi Tunanetra

Bandung, SIBER - Sebagai anggota masyarakat, kita berkewajiban saling memperhatikan satu sama lain. Tidak terkecuali untuk penyandang tunanetra. Muhammad OMmi Salman Muharam membagikan teknik dasar menjadi pendamping untuk tunanetra.
Dijelaskan, ada beberapa prinsip pelayanan yang harus dibahas sebelum mendampingi tunanetra, antara lain integrasi, responsif, dan disepakati. Inisiatif yang diperlukan karena dapat dilepas tidak akan dimulai. Sementara poin responsif, pendamping harus memastikan keamanan tunanetra dari yang didampingi.
"Misalnya, saat kita mendampingi mereka namun ada sesuatu yang tidak aman, kita harus merespons untuk memindahkan posisi agar mereka aman. Yang harus dijaga kaki hingga ujung kepala," jelasnya, Kamis (27/2/2020).
Sementara di poin komitmen, pendamping awas harus mendampingi tunanetra dari awal hingga kebutuhannya terpenuhi.
Fahmi mengungkapkan, ada sepuluh teknis dasar untuk menjadi pendamping awas bagi tunanetra. Pertama, harus memulai komunikasi. "Untuk memulai komunikasi, kita bisa mulai dengan menyentuhkan punggung tangan kita ke punggung tangan tunanetra sambil memulihkan salam atau sapaan. Jangan sampai menarik atau mengagetkan mereka," tuturnya.
Langkah selanjutnya adalah mengajak mereka pergi. Nantinya, secara otomatis tunanetra akan mundur setengah langkah dengan posisi di samping seraya menggenggam lengan pendamping. "Di langkah ketiga, kompilasi mulai berjalan, mereka akan bertemu tangan. Bisa digerakkan tangan, siku atau pundak, sesuai kenyamanan mereka," ungkapnya.
Langkah Kedua, yaitu teknik berjalan. Selanjutnya, untuk mengaktifkan saat jalan yang dilalui menyempit, langkah yang harus dilakukan pendamping awas seperti berkomunikasi dengan tunanetra agar berjalan tepat di belakang punggungnya sambil memosisikan tangan dengan cepat ke belakang. "Yang diperlukan, posisi tunanetra lurus dengan posisi berdiri pendamping awas," katanya.  
Sementara pada teknik pemindahan tangan, Fahmi mengatakan, teknik tersebut dilakukan kompilasi halangan dari arah kanan atau sebaliknya. "Meminta, kita harus memindahkan posisi tunanetra dengan mengganti mulut agar bisa dipindahkan. Nganti, tunanetra akan pindah posisi tanpa harus melepaskan memegang," jelasnya.
Kemudian, kompilasi berjalan jalan buntu atau harus berjalan ke Arah sebelumnya, pendamping awas bisa menggunakan teknik balik Arah. "Sambil berbicara, pendamping langsung memutarbalikkan badan dan memindahkan tunanetra ke lengan yang lain," tambahnya.
Selanjutnya, teknik naik turun tangga. Salah satu yang harus dipertimbangkan, yaitu dengan jumlah anak tangga yang akan dilalui agar tunanetra bisa disiapkan dengan langkahnya. Kemudian, ada juga teknik Membuka Pintu. "Posisi pendamping awas harus di depan untuk membuka pintu dan arahkan tunanetra untuk meraba daun pintu agar bisa membayangkan posisi pintu," terangnya.
Teknik terakhir, yaitu mendudukkan tunanetra. Pendamping awas harus membimbing tunanetra dengan cara membimbing tangan mereka untuk memegang sandaran kursi. "Jika ada meja, tangan lain dibimbing untuk memegang meja sehingga mereka bisa membayangkan cara dan posisi duduknya," tutupnya. *

Renungan ""

"Dan orang-orang yang apabila melakukan kejahatan atau mengianiaya dirinya sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah, kemudian memohonkan pengampunan kerana dosa-dosa mereka itu. Siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus mengulangi perbuatan yang jahat itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali-lmran: 135)
 
Copyright © 2016 www.sisiberita.com | Mengupas Tuntas, Akurat Menyajikan Sisi Berita
Design by FBTemplates | BTT